Beato Francesco Marto de Fatima (1908-1919): Saksi Mata Penampakan Bunda Maria di Fatima

02.31 BANK SOAL (KUIS) CPNS 0 Comments

Atas permintaan Sang Bunda, seorang anak laki-laki dan dua anak perempuan berlutut, memanjatkan doa rosario demi keselamatan dunia. Anak laki-laki tersebut adalah Francesco Marto de Fatima, yang lahir pada 11 Juni 1908 di Paroki Fatima. Ia merupakan putra dari pasangan Manuel Pedro Marto dan Olimpia de Jesus, serta saudara kandung dari Beata Yasinta dan Lucia, yang juga menjadi saksi peristiwa penampakan Bunda Maria di Fatima.

Francesco dikenal memiliki paras yang menarik. Ia adalah sosok yang berperasaan halus, rendah hati, sangat sabar, tidak banyak bicara, dan mencintai kedamaian. Di antara teman-temannya, ia dikenal sebagai anak yang menghindari pertengkaran dan keributan. Dalam kesehariannya, Francesco lebih memilih untuk berpikir dan mendengarkan daripada banyak berbicara atau menyombongkan diri. Kecenderungannya untuk lebih sering berdiam diri dalam keheningan daripada berada dalam keramaian menjadi ciri khasnya.

Menurut kesaksian Suster Lucia, satu-satunya saksi penampakan Bunda Maria di Fatima yang masih hidup hingga tahun 2005, Francesco memiliki kemiripan dengan Santo Fransiskus dari Assisi. Lucia menggambarkan Francesco sebagai pribadi yang menyukai puisi, mencintai binatang, dan memiliki kesucian hati. Ia juga menceritakan sebuah peristiwa ketika Francesco kembali ke rumahnya yang cukup jauh hanya untuk mengambil dua keping uang. Uang tersebut kemudian ia gunakan untuk membayar seorang anak kecil agar melepaskan seekor anak burung yang telah ditangkapnya.

Pada musim semi tahun 1916, di dekat Bukit Loca de Cabeco, seorang malaikat menampakkan diri kepada Francesco, Lucia, dan Yasinta. Malaikat yang tampak seperti seorang pemuda berusia 14-15 tahun itu menyampaikan pesan, “Jangan takut, aku adalah Malaikat Pembawa Damai. Marilah kita berdoa bersama.”

Penampakan malaikat yang kedua terjadi di kebun keluarga Lucia. Malaikat itu kembali memberikan pesan, “Teruslah berdoa, sebab dengan doa, Tuhan akan mengampuni dosa-dosa yang telah menyakiti hati-Nya. Jadilah pembawa damai bagi semua orang dan di mana pun kalian berada. Teguhlah dalam menghadapi setiap penderitaan dan tantangan.”

Pada hari Minggu, 13 Mei 1917, ketiga anak tersebut sedang bermain di Cova da Iria. Sekitar tengah hari, mereka melihat cahaya yang bersinar diikuti dengan gemuruh dan badai. Saat berlari menuruni lereng, mereka melihat seorang wanita yang berdiri di atas pohon holmoak kecil. Wanita itu mengenakan pakaian putih, dan tubuhnya memancarkan cahaya yang lebih terang dari matahari.

Bunda Maria berkata kepada mereka, “Aku datang untuk meminta kalian datang ke tempat ini selama enam bulan berturut-turut, pada tanggal 13, pada jam yang sama. Pada akhirnya, Aku akan memberitahukan siapa Aku dan apa yang Aku inginkan.”

Sejak penampakan pertama itu, Francesco, Lucia, dan Yasinta dengan tekun mendaraskan doa rosario dan melakukan berbagai pengorbanan setiap hari. Pada penampakan kedua, tanggal 13 Juni, mereka mulai melihat hati Bunda Maria yang dipenuhi duri. Hatinya terluka oleh kedurhakaan manusia dan merindukan pertobatan.

Dalam penampakan tersebut, Francesco melihat Lucia dan Bunda Maria turun ke bumi, sementara dirinya dan Yasinta naik ke surga. Penglihatan ini memberikan isyarat bahwa Lucia akan hidup lebih lama di dunia untuk menyebarkan devosi kepada Maria Imakulata.

Pada penampakan ketiga, tanggal 13 Juli, mereka diperlihatkan penglihatan mengenai dahsyatnya api neraka. Mereka juga diminta untuk terus berdoa bagi para pendosa dan jiwa-jiwa.

Sesuai dengan janjinya, Bunda Maria mengungkapkan jati dirinya pada tanggal 13 Oktober. Ia terus mengingatkan pentingnya mendaraskan doa rosario demi terciptanya perdamaian, terutama karena dunia saat itu sedang dilanda peperangan.

Ketika menyadari ajalnya semakin dekat, Francesco mengakui segala kesalahannya dan menerima komuni kudus. Ia juga mengucapkan Doa Fatima, yang hingga kini menjadi penutup setiap peristiwa dalam doa rosario: “Ya Yesus, ampunilah dosa-dosa kami, bebaskanlah kami dari api neraka, hantarkan semua jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan pertolongan-Mu.”

Beato Francesco menghembuskan napas terakhir pada tanggal 4 April 1919 akibat penyakit yang dideritanya. Proses beatifikasi dirinya dan Yasinta dimulai pada tahun 1979. Kemudian, pada tanggal 13 Mei 2000, Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar beato kepada keduanya.

0 comments: